1. Ilmu Pengetahuan
1.1. Pengertian ilmu pengetahuan
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Definisi menurut para ahli :
1. The Liang Gie, 1991
Sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan
yang benar dengan ciri pokok yang bersifat general, rational, objektif, mampu
diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi milik umum.
2. C, Verhaak
Pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah- langkah pencapaiannya
dipertanggung-jawabkan secara teoritis.
3. J. Haberer 1972
Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek
dan menjadi pranata dalam masyarakat.
4. J.D. Bernal 1977
Suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan
manusia.
5. E. Cantote 1977
Suatu hasil aktivitas manusia yang mempunyai makna dan metode.1977 -1992
6. Cambridge-Dictionary 1995
Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan
tujuan tertentu dengan sistim, met ode untuk berkembang serta berlaku universal
yang dapat diuji kebenarannya.
1.2. Empat hal sikap yang ilmiah
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang
bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah
yang obeyktif.
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi
supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap
hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun
terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah
mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
2. Teknologi
2.1. Pengertian teknologi
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian
dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah.
Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains
(science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi
mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan
satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata
sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang
materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Definisi mengenai sains menurut Sardar adalah sarana
pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar
suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan
sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai
perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik,
intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh
suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar adalah sarana yang pada
akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan
dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo menyangkut hal
pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang
perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain,
teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang
didasarkan atas hasil sains.
Seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian
ilmiah yang bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan
di pihak lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and applied
research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur
yang bersifat komplementer yang saling melengkapi, bahkan sebagai bejana berhubungan;
dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu dari yang lainnya
(Djoyohadikusumo).
Makna Teknologi, menurut Capra seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan
sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia,
yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu
pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya
adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan
berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20,
maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi
juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis
pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut
Capra menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells
seperti dikutip Capra mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan
dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu
pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan.
Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra teknologi jauh lebih tua daripada sains.
Asal-usulnya pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia, yaitu
ketika bahasa, kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi
bersamaan. Sesuai dengannya, spesies manusia pertama diberi nama Homo habilis
(manusia terampil) untuk menunjukkan kemampuannya membuat alat-alat canggih.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi
merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup
dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi
non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan
syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia,
yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah
sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
2.2. Ciri-ciri fenomena teknik pada masyarakat
Fenomena teknik paa masyarakat ikini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki
ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan
yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan
secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan
non teknis menjadi kegiatan teknis
4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling
bergantung
6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi,
bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
2.3. Ciri-ciri teknologi barat
Ciri – cirri teknologi barat adalah sebagai berikut :
1. Bersifat Intensif pada semua kegiatan manusia
2. Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan
3. Selalu berpikir bahwa barat adalah pusat dari segala teknologi
3. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Nilai
3.1. Pengertian ilmu pengetahuan,teknologi dan nilai
Ilmu pengetahuan adalah Sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung
dalampernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat general,
rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu
menjadi milik umum (Communality, The Liang Gie, 1991).
Teknologi adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang
distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia.
4. Kemiskinan
4.1. Pengertian kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila
pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti
pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang
menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai yang dimiliki.
4.2. Ciri-ciri manusia yang hidup di bawah garis kemiskinan
Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal,
ketrampilan, dll.
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan
sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
4.3. Fungsi kemiskinan
Pertama, kemiskinan menyediakan tenaga kerja untuk
pekerjaan-pekerjaan kotor, tak terhormat, berat, berbahaya, namun dibayar
murah. Orang miskin dibutuhkan untuk membersihkan got-got yang mampet, membuang
sampah, menaiki gedung tinggi, bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah
runtuh, jaga malam. Bayangkan apa yang terjadi bila orang miskin tidak ada.
Sampah bertumpuk, rumah dan pekarangan kotor, pembangunan terbengkalai, Banyak
kegiatan ekonomi yang melibatkan pekerjaan kotor dan berbahaya yang memerlukan
kehadiran orang miskin.
Kedua, kemiskinan memperpanjang nilai-guna barang atau jasa.
Baju bekas yang tak layak pakai dapat dijual (diinfakkan) kepada orang miskin,
termasuk buah-buahhan yang hampir busuk, sayuran yang tidak laku, Semuanya
menjadi bermanfaat (atau dimanfaatkan) untuk orang-orang miskin.
Ketiga, kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang
menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar murah,
mengurangi biaya produksi dan akibatnya melipatgandakan keuntungan. Petani
tidak boleh menaikkan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
Keempat, kemiskinan menyediakan lapangan kerja. Karena ada
orang miskin, lahirlah pekerjaan tukang kredit, aktivis-aktivis LSM yang menyalurkan
dana dari badan-badan internasional, dan yang pasti berbagai kegiatan yang
dikelola oleh departemen sosial. Tidak ada komoditas yang paling laku dijual
oleh Negara Dunia Ketiga di pasar internasional selain kemiskinan.
Kelima, memperteguh status sosial orang kaya. Keenam,
bermanfaat untuk jadi tumbal pembangunan. Supaya tidak menganggu ketertiban dan
keindahan kota, pedagang kakilima bila mengganggu lalulintas ditertibkan
(ditangkap, dagangannya diambil, dan kerugiannnya tidak diganti).
- Keterkaitan antara ilmu pengetahuan teknologi dengan
kemiskinan
Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis,
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut
kaidah-kaidah umum. (Nazir, 1988)
1. konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu
adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi (Shapere,
1974)
2. pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan
konsistensi dengan realitas sosial (Schulz, 1962)
3. ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara
sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi.
Empat pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ilmu
pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang
menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia
melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun
tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
alam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat
berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih
untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang
didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme.
Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak
menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam
matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan
empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna.
Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis
yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan
dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan
dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup
persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat,
misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa,
bioteknologi, dan sebagainya.”
“ Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri
dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya
identities sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa
ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan
pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis,
empiris, umum dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat
tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi),
diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang
dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Dan oleh Bacon & David Home
pengetahuan diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut Imanuel Kant
pengehuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman. Dari berbagai macam
pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa
ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau
meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk membuktikan pengetahuan itu benar, perlu berpangkal
pada teori kebenaran pengetahuan :
1. Pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu
mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu
2. Pengetahuan dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan
3. Pengetahuan dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri
yang mempunyai pengeahuan itu.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis
dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas
ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain
ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen aksiologis
adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan
bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menadi
tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan
yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah
dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis,
induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan
fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif
diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi
pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi
supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap
hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun
terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu
telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber,
kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk
langkah selanjutnya.
Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku
secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan
teknologi sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung pengetian
berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber,
tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi
tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan
biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknoogi
sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi
itu adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene Stanley,
1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai
hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia
menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological
society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya
sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi
atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang
dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat
perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut
Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang
distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Fenomena teknik paa masyarakat ikini, menurut Sastrapratedja
(1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik
diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan
secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan
non teknis menjadi kegiatan teknis
4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling
bergantung
6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi,
bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang denan pesat meliputi berbagai
bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu
menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan
capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan,
manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector
kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan
tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
Alvin Tofler (1970) mengumpakana teknologi itu sebagai mesin
yang besar atau sebuah akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu
pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara
kuantitatif dan kualtiatif, maka kiat meningkat pula proses akselerasi yagn
ditimbulkan oleh mesinpengubah, lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan
teknologi yang lebih banyak dan lebih baik lagi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang
dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem
yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti
kemiskinan.
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis
kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan
sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan
dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial,
bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi
pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia
untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah
benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat
umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang
dialaminya.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan
tertuangkan dalam nilai uang sebgai patokan bagi penetapan pendapatan minimal
yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan
minilam ( versi bank dunia, dikota 75 $ dan desa 50 $AS perjiwa setahun, 1973)
( berapa sekarang ? ).
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis
kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti
tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan
sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan
kedalam tiga unsure :
1. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun
mental seseorang
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
3. Kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan
buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan
structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur
buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural.
Selaindisebabkan oleh hal – hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap
“penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai
takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya
struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur keluarga.
Kemiskinan (yagn membudaya) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan
sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme,
perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb.obatnya tidak lain adalah
revolusi yang sama radikal dan meluasnya.