Sunday, October 29, 2017

COBIT

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) merupakan audit sistem informasi dan dasar pengendalian yang dibuat oleh Information Systems Audit and Control Association (ISACA) dan IT Governance Institute (ITGI) pada tahun 1992.

COBIT Framework adalah standar kontrol yang umum terhadap teknologi informasi, dengan memberikan kerangka kerja dan kontrol terhadap teknologi informasi yang dapat diterima dan diterapkan secara internasional.
COBIT bermanfaat bagi manajemen untuk membantu menyeimbangkan antara resiko dan investasi pengendalian dalam sebuah lingkungan IT yang sering tidak dapat diprediksi. Bagi user, ini menjadi sangat berguna untuk memperoleh keyakinan atas layanan keamanan dan pengendalian IT yang disediakan oleh pihak internal atau pihak ketiga. Sedangkan bagi Auditor untuk mendukung atau memperkuat opini yang dihasilkan dan memberikan saran kepada manajemen atas pengendalian internal yang ada.


Kriteria Informasi berdasarkan COBIT

Untuk memenuhi tujuan bisnis, informasi perlu memenuhi kriteria tertentu, adapun 7 kriteria informasi yang menjadi perhatian COBIT, yaitu sebagai berikut:
  1. Effectiveness (Efektivitas). Informasi yang diperoleh harus relevan dan berkaitan dengan proses bisnis, konsisten dapat dipercaya, dan tepat waktu.
  2. Effeciency (Efisiensi). Penyediaan informasi melalui penggunaan sumber daya (yang paling produktif dan ekonomis) yang optimal.
  3. Confidentially (Kerahasiaan). Berkaitan dengan proteksi pada informasi penting dari pihak-pihak yang tidak memiliki hak otorisasi/tidak berwenang.
  4. Intergrity (Integritas). Berkaitan dengan keakuratan dan kelengkapan data/informasi dan tingkat validitas yang sesuai dengan ekspetasi dan nilai bisnis.
  5. Availability (Ketersediaan). Fokus terhadap ketersediaan data/informasi ketika diperlukan dalam proses bisnis, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Ini juga terkait dengan pengamanan atas sumber daya yang diperlukan dan terkait.
  6. Compliance (Kepatuhan). Pemenuhan data/informasi yang sesuai dengan ketentuan hukum, peraturan, dan rencana perjanjian/kontrak untuk proses bisnis.
  7. Reliability (Handal). Fokus pada pemberian informasi yang tepat bagi manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dan pemenuhan kewajiban mereka untuk membuat laporan keuangan.

Komponen Control Objective

Berdasarkan IT Governance Institute (2012), Framework COBIT disusun dengan karakteristik yang berfokus pada bisnis (bussiness focused). Pada edisi keempatnya ini, COBIT Framework terdiri dari 34 high level control objectives dan kemudian mengelompokan proses tersebut menjadi 4 domain, keempat domain tersebut antara lain: Plannig and Organization, Acquisition and Implementation, Delivery and Support, dan Monitoring and Evaluation:
  1. Planing and Organization (Perencanaan dan Organisasi). Mencakup strategi, taktik dan identifikasi kontribusi terbaik TI demi pencapaian tujuan organisasi. 
  2. Acquire and Implement (Pengadaan dan Implementasi). Untuk merealisasikan strategi TI, perlu dilakukan pengidentifikasian, pengembangan dan perolehan solusi TI, sesuai dengan yang akan diimplementasikan dan diintegrasikan ke dalam proses bisnis. 
  3. Delivery and Support (Pengiriman Layanan dan Dukungan). Domain ini fokus terhadap penyampaian jasa yang sesungguhnya diperlukan, termasuk penyediaan layanan, manajemen keamanan dan kontinuitasnya, jasa dukungan kepada user dan manajemen data dan fasilitas operasi. 

Kerangka Kerja Cobit 
  1. Control Objectives Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi (high level control objectives) yang tercermin dalam 4 domain, yaitu : planning & organization, acquisition & implementation, delivery & support, dan monitoring. 
  2. Audit Guidelines Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendali rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance atau saran perbaikan.
  3. Maturity Models Untuk memetakan status maturity proses-proses IT (dalam skala 0 – 5).

Manfaat COBIT
Manfaat dalam penerapan COBIT ini antara lain :
a) Mengelola Informasi dengan kualitas yang tinggi untuk mendukungkeputusan bisnis.
b) Mencapai tujuan strategi dan manfaat bisnis melalui pemakaian TIsecara efektif dan        inovatif.
c) Mencapai tingkat operasional yang lebih baik dengan aplikasiteknologi yang reliable dan efisien.


TUJUAN DARI OCBIT

  1. Diharapkan dapat membantu menemukan berbagai kebutuhan manajemen yang erbkaitan dengan TI
  2. Agar dapat mengoptimalkan investasi TI Menyediakan ukuran atau kriteria ketika terjadi penyelewengan atau penyimpangan. 



Daftar Pustaka

  • Gondodiyoto, Sanyoto. 2007. Audit Sistem Informasi. Jakarta: Mitra Wacana Media
  • IT Governance Institute. 2007. COBIT ver. 4.1: Framework, Control Objective, Management Guidelines, Maturity Models. Rolling Meadow.
  • Sucahyo, dkk. 2007. Audit Sistem Informasi dengan Kerangka Kerja COBITuntuk Evaluasi Manajemen TI di Universitas XYZ. Jurnal Sistem Informasi MTI-UI.
  • http://www.kajianpustaka.com/2014/02/pengertian-sejarah-dan-komponen-cobit.html
  • https://haendra.wordpress.com/2012/06/08/pengertian-cobit/

Thursday, October 5, 2017

PENGEMBANGAN AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KENDALI

Audit sistem informasi dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan evaluasi fakta untuk menentukan apakah suatu sistem informasi telah melindungi aset, menjaga integritas data, dan memungkinkan tujuan organisasi tercapai secara efektif dengan menggunakan sumber daya secara efisien.


Dari fungsi mendukung audit keuangan, audit sistem informasi kemudian semakin mendalam dengan memgkhususkan pada penerapan dan evaluasi kontrol pada sistem informasi yang ada. Jika dilihat dari bidang audit itu sendiri, saat ini permintaan audit sistem informasi terbesar datang dari industri besar, terutama perusahaan yang telah go public. Transparansi dan kebearan pernyataan pada laporan keuangan menjadi prioritas utama dimana diperlukan suatu pihak independen yang dapat melakukan review dan evaluasiv terhadap pernyataan yang ada. Dari fungsi pendukung audit keuangan menjadi suatu keharusan dimana saat ini hampir semua transaksi  keuangan sudah terkomputerisasi. Sehingga para manager dan pembuat keputusan dalam bidang keuangan benar-benar bergantung penuh pada sistem informasi sebagai basis dari sistem keuangan yang ada. Audit sistem informasi dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu ingin mengetahui apakah sistem informasi telah :

  • 1.      Mampu melindungi aset sistem informasi.
  • 2.      Mampu menjamin integritas data.
  • 3.      Mampu pengoperasiannya dalam rangka mencapau tujuan organisasi yang telah efektif.
  • 4.      Mampu mencapai tujuan organisasi dan perlu dilakukan penilaian terhadap kondisi sistem informasi suatu organisasi.

Model Pendekatan Resiko
Model pendekatan resiko pada perusahaan kecil dan menengah didasari pada titik resiko ke rawanan pada aplikasi perencanaan sumber daya perusahaan yang menurut Hahn seperti ditulis oleh Anjar Priandoyo dalam prosiding konferensi dan komunikasi untuk indonesia (2006) memiliki titik kerawanan sebagai berikut :

  • 1.     Sistem transaksi tunggal, karena seluruh data dan transaksi perusahaan ada pada suatu aplikasi maka apabila terjadi suatu kesalahan dampaknya dirasakan pada bagian yang lain.
  • 2.    Arsitektur yang kompleks, struktur aplikasi dan datanya sulit dipahami dan di operasikan secara efektif.
  • 3.   Transisi dari user dengan berbasiskan pada roles/profile. Hal ini terkait dengan pemisahan tugas

Akibatnya diperlukan banyak profil yang berbeda beda untuk masing-masing petugas. Transisi antar profil inilah menjadi kontrol untuk pegugasan lemah. Dalam rangka menyikapi titik kerawanan ini beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam merancang model audit antara lain :


  • 1.      Audit harus aktif diperankan pada saat implementasi.
  • 2.      Perubahan proses bisnis membutuhkan perubahan dalam kontrol.
  • 3. Pengendalian audit dan keamanan itu sendiri yang dibangun sejak awal harus mengimplementasikan perencanaan sumber daya perusahaan.


Pengembangan Audit Sistem Informasi Berbasis Kendali
Model audit sistem informasi berbasis kendali dikembangkan berdasarkan konsep fungsional dan kendali sistem informasi dengan menggunakan sistem penilaian kualitatif berbasis standar manajemen mutu Internasional Standar Organization (ISO). Informasi merupakan salah satu sumber daya strategis suatu organisasi, oleh karena itu untuk mendukung tercapainya visi dan misi suatu organisasi, pengelolaan informasi menjadi salah satu kunci sukses. Menurut Gede Karya (2004) didasarkan pada suatu model fungsional sistem informasi dimana sistem informasi dibagi atas dua fungsi, yaitu : fungsi manajemen dan fungsi aplikasi, dimana fungsi manajemen membungkus fungsi-fungsi aplikasi. Fungsi manajemen mencangkup manajemen puncak, manajemen pengembagan, manajemen operasi dan penmeliharaan, manajemen kualitas, manajemen keamanaan dan manajemen data. Sedangkan fungsi aplikasi mencangkup sub fungsi, yakni batas antara pemakai dan sistem aplikasi, input, pemrosesan, basis data, komunikasi data dan output, prosedur dan dokumentasi.
Tahapan audit sistem informasi ini juga dilaksanakan dalam suatu siklus pada setiap pelaksanaan audit yang dapat disebut sebagai berikut :
1.      Perencanaan yang dilakukan dengan melakukan  :
a.       Survei pendahuluan untuk pengenalan organisasi, menentukan tujuan dan cakupan auditing.
b.      Identifkasi struktur kendali yang perlu diperhatikan untuk keperluan penilaian.
c.       Perkiraan resiko dari setiap kendali.
2.      Pengumpulan dan penilaian fakat yangbdilaukan dengan cara :
a.       Penilaian kehandalan kendali
b.      Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan metode wawancara, inspeksi, dll dengan sesuai fakta yang akan dinilai.
3.      Evaluasi hasil dan tindak lanjut dengan melakukan :
a.       Evaluasi pengendalian hasil dilakukan untuk memperoleh indeks kehandalan pengendalian terhadap tujuan audit.
b.      Pelaporan hasil audit berisi tujuan dan cakupan audit.
Audit sistem informasi sangat mutlak diperlukan terutama bagi perusahaan yang tergolong besar dan telah memiliki implementasi sistem informasi yang memadai. Dua hal yag sangat berkaitan erat yakni antara resiko bisnis yang dihadapi dan pengendalian diharapkan dapat menjadi penggerak ide untuk melakukan prosedur pengawasan yang lebih terinci khususnya menghadapi perkembangan organisasi sistem dan teknologi informasi yang pemakainya berkembang pesat. Dengan audit sistem informasi diharapkan perusahaan apapun dapat memiliki nilai tambah dalam pengelolaan teknologi informasi dan meningkatkan pengendalian intern pada sistem informasi yang telah ada sehingga investasi pada sistem informasi memberikan manfaat ekonomis.
Gambar 1. Model audit sistem informasi berbasis kendali. (Sumber : Gede Karya,  2004)

Gambar 1. Model audit sistem informasi berbasis kendali. (Sumber : Gede Karya,  2004)
Gambar 2. Tahapan audit sistem informasi berbasis kendali. (sumber Gede Karya, 2004 )






REFRENSI:

http://www.cv-idris.co.id/news_audit-sistem-informasi-perusahaan
http://tatakelola.co/audit-internal/audit-teknologi-informasi-perwujudan-peran-auditor-internal-dalam-mengawal-pengelolaan-teknologi-informasi-organisasi/
https://id.linkedin.com/pulse/audit-teknologi-informasi-berbasis-risiko-berdasarkan-ratna-samiah